Text Berjalan

Jumat, 05 Juni 2009




Akibat Pergaulan Bebas
October 25, 2008 by mmlubid

Iya memang, ini akibat pergaulan bebas. Makanya, hati-hati bergaul, hihihiiiii ….
Oiya, sebelum ada oknum yang hobi berhitung (masalahnya, saya kenal beberapa oknum yang jagoan sekali berhitung hal-hal beginian, hahahaaaa), si Aq nggak indent kok, suerrr … suerrrrrrrrr!
Awalnya saya kira gejala maag biasa. Makanya sempat nggak puasa gara-gara maag berat. Meskipun memang aneh sih, biasanya maag saya nggak separah ini. Tapi bulan puasa tahun ini benar-benar berat bagi lambung—jadi teuraaaaabbbbb (sendawa) melulu. Sampai capek. Dan akhirnya si Emak (mungkin bete denger saya teurab dan berkeluh-kesah melulu) bilang, “Ya udah nggak usah puasa dulu, daripada maagnya tambah parah!”
Meskipun nggak puasa, tapi buka puasa bersama jalan terus duooonkkkk, heheee …. Waktu hari pertama saya nggak puasa karena maag itu, sorenya saya bubar dengan geng tante-tante arisan Bandung plus satu orang oom-oom kantoran dan tiga Kubucil di Suis Jalan Riau. Waktu itu, saya bilang nggak puasa karena maag. Lalu, Tante Ibutio langsung menatap perut saya curiga, “Jangan-jangan hamil!” katanya.
Awalnya sih saya sendiri menyangkal. Legian, kalau sedang puasa, jadwal bulanan saya sering mundur. Jadi ya nggak mikir macam-macam, paling juga telat seperti biasa. Ciri-cirinya juga sama—sakit di anu, di anu, dan di anu (anu mana cobaaa). Sempat mabuk Jack Daniel’s rasa kunyit asem juga, meskipun (untunglah) baru satu botol.
Karena nggak enak badan terus (ciri-ciri yang sama kalau saya telat M yang biasa), akhirnya saya sampai beli pil pelancar itu lhuwooo … yang iklannya Lydia Kandouw hihihiii. Tapi, entah kenapa, ada perasaan aneh. Kok khawatir ya, takutnya dugaan Ibutio betul. Akhirnya, saya beli pil itu, tapi beli juga test pack.
Sesuai aturan di test pack, baru besok paginya saya coba. Eh, jengjreeenngggg … kok garisnya dua? Langsung saya bangunin si Aq—menuntut pertanggungjawaban, duonk, hihii …. Eh, dia malah nggak percaya dan nyuruh saya beli test pack lagi. Sebal.
Akhirnya, saya beli satu lagi. Besoknya saya coba lagi. Eh, garisnya tetap dua. Kalau begini, sudah mantap saya menuntut pertanggungjawaban. Lalu, sorenya saya ke RSIA Hermina—karena dekat rumah, dan sebelumnya juga saya periksa di sana (Sayang si Aq saat itu nggak bertanggung jawab, huh! Karena kerjaannya belum beres, jadi nggak sempat nganter saya untuk periksa pertama kalinya. Untuk mengobati rasa kecewa, saya jajan lontong dua biji plus gorengan segede gaban dua biji juga. Hihihiiii).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar